Mengatasi Keterpencilan

Pembangunan Jembatan Gantung guna membuka jalur akses ke dusun Manyampa

Mengurai Benang Kusut

Telah ditemukan permasalahan adanya indikasi penyalahgunaan dana BLM dalam kegiatan UEP dan SPP oleh pengurus UPK di Kecamatan Liukang Tupabbiring

Sunatan Massal

Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, mengelola dana perguliran Rp.1.097.605.000. Pada Tahun Buku 2012 memperoleh surplus Rp.89.855.000.

57 Jam Mengarungi Perairan Makassar

Perjalanan Ke Pulau terluar Kabupaten Pangkep

Senin, 04 November 2013

“CINTAKU” KANDAS DI EVKIN

Inilah Rakor yang paling dinamis sepanjang pengamatan saya”, ucap PJO Provinsi, Rais Rahman, saat menutup Rapat Koordinasi PNPM Mandiri Perdesaan Provinsi Sulawesi Selatan di Hotel Singgasana Makassar.  Sabtu, 19 Oktober 2013.
Sayang seribu sayang, dinamika dan interaksi aktif  rakor pada bulan ini sama sekali tidak menggambarkan  thema Rakor “Strategi percepatan pencairan dana dan penyelesaian masalah krusial.”  Tapi lebih banyak  diwarnai dengan intrupsi, pertanyaan, protes dan koreksi  pada system  evaluasi kinerja fasilitator  oleh para Spesialis RMC 5 yang dinilai kurang objektif  kemudian dampaknya sangat dirasakan dapat mematikan motivasi dan semangat kerja fasilitator yang bersangkutan.


 Syafruddin Hebbu (Faskab Pangkep)
What a pity….., Sayang seribu sayang memang, tema rakor tersebut seharusnya diarus-utamakan pembahasan menemukenali permasalahan-permasalahan yang berdampak pada keterlambatan pencairan dan penyaluran dana dan munculnya masalah yang krusial. Lalu secara bersama-sama  merumuskan langkah-langkah strategis mendapatkan solusi  penanganan dan penyelesaiannya. Tapi  rakor kali ini waktu dan energi banyak terkuras mengklarifikasi seputar evkin, pemotongan transportasi libur/cuti bersama dan lain-lain yang kurang berkaitan dengan tema rakor. Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi jika system penilaian dilakukan berbasis output, SKN, KPI dan SOP, bukan semata-mata berdasarkan informasi, bisik-bisik sepihak yang belum tentu kebenarannya dan bukan pula berdasarkan  selera kebutuhan  para spesialis pemberi nilai.

Nilai Turun, kok dikatakan bagus
      Priode triwulan II jumlah FK/FT yang mendapatkan nilai “A” = 72/75 orang. Alhamdu Lillah triwulan III sudah mulai bagus karena  FK dan FT  mendapat nilai “A” masing-masing 42 orang, papar HRD lewat power point.
Adalah Hamka Geno, Fastekab Enrekang yang mendapat giliran bertanya spontan protes dengan lantang “nilai evkin turun, kok dikatakan AlhamduLillah sudah mulai bagus”, tanggapnya. “Sepertinya HRD dan para spesialis ini lebih senang kalau nilai evkin hancur-hancuran” sambungnya dan diamini oleh yang lainnya. Barangkali yang dimaksud HRD adalah  Tim Faskab sudah mulai objektif memberi nilai  kepada FK dan FT.

Umpanbalik Terlambat  dan Uji Petik yang Bias
       Tradisi umpanbalik hasil evkin selalu dilakukan pada Rakor Provinsi, sehingga terkesan terlambat dan formalitas belaka. Tidak memungkinkan ada perubahan nilai jika terjadi kekeliruan dalam menilai seseorang, karena yang diumpan balikkan adalah nilai final. Saya menyarankan umpan balik dilakukan pada bulan kedua Triwulan berjalan, supaya ada kesempatan untuk mengoreksi kekeliruan dan memperbaiki kinerja bulan berikutnya.
Tim Faskab memberikan nilai tertentu kepada FK pada indicator Pendampingan UPK “Memfasilitasi UPK membimbing Kelompok Peminjam”  Ketika uji petik oleh Specialist RMC 5 , FK yang bersangkutan tidak menghafal jumlah kelompok UEP dan SPP,  dan berapa jumlah pinjaman bermasalah. Hanya

FK yang bersangkutan tidak mampu menghafal apa yang ditanyakan,FK yang bersangkutan tidak mampu menghafal apa yang ditanyakan, lalu Tim Faskab dianggap tidak objektif memberikan evaluasi. Seharusnya yang diuji adalah proses dan hasil fasilitasinya. Tidak semua orang mampu menghafal data-data.
Menciptakan Peta Komplik
Penilaian yang suka-suka, like dan dislike. Seharusnya para “pengevkin” dan pengambil keputusan menyadari bahwa penilaian seperti ini sangat berpotensi menimbulkan peta konflik, ketidak kompakan dalam suatu tim kerja.
           Jika salah seorang dari Tim Faskab (Faskab, Fastekab, Faskeu) mendapatkan nilai tertinggi (ranking I-red), lalu yang lainnya mendapatkan nilai terendah (juru kunci-red). Artinya dapat diterjemahkan bahwa Cuma 1 orang tim faskab yang bekerja di kabupaten. Tim Faskab yang lainnya menjadi penonton

Syafar sayang, Syafar yang Malang
        Malam itu, saya disodori lembar hasil penilaian oleh Ketua Kelas yang mengumpanbalik hasil evkin. Saya betul-betul malu dan mencerca diri sendiri, karena selama 7 tahun saya di program ini tidak bisa berubah dan selalu menjadi juru kunci. Sepertinya ada bisikan yang memompa sifat hewaniyah dalam diri saya. Bisikan itu sangat jelas “Sebenarnya bukan kamu yang tidak berubah, tapi stigma dan imagenya orang lain kepada kamu yang tidak pernah berubah. Jauh sebelum dinilai kamu sudah ditakdirkan menjadi juru kunci.” Saya cuma mampu berteriak keras melepas emosi agar tidak terpendam lalu menjadi penyakit
         Saya mengajak seorang teman (Faskab Perempuan) dan curhat kepadanya. “Tahukah kamu, sebenarnya saya mengidolakan dirimu sejak 7 tahun yang lalu. Kamu cantik, pintar, cerdas dan yang paling penting evkinmu selalu bagus. Baru hari ini saya berani mengutarakan isi hatiku”, candaku. Temanku yang lain nyeletuk “cinta terpendam,ni ye, bisa dilanjutkan dengan satu syarat, yaitu perbaiki dulu evkin-mu. Kalau begitu “cintaku kandas di evkin”. ...Syafar, syafar. …... , malang niang nasibmu. (Syafruddin Hebbu)